SEHARI 2000 POTONG PISANG TERJUAL
Pisang Goreng, siapa sih yang tidak suka? Jajanan dengan bahan dasar berupa pisang gepok yang dilapisi dengan tepung terigu ini memang banyak digemari orang. Hampir setiap orang suka pisang goreng. Apalagi bila dinikmati saat masih panas dengan teman secangkir kopi atau teh manis, aduh nikmatnya.
Ngomongin pisang goreng, saat ini orang Jakarta sedang dilanda ‘demam’ pisang Pontianak. Setiap sudut kota Jakarta dengan mudah bisa kita jumpai penjualan pisang goreng Pontianak. Hampir setiap penjualan pisang goreng Pontianak selalu penuh dengan antrian pembeli. Selain ada pembeli yang sekedar coba-coba dengan makan ditempat, ada juga yang membelinya untuk dibawa pulang atau sebagai oleh-oleh. Tak tanggung-tanggung, mereka membeli 2-3 bungkus dengan isi setiap bungkus sekitar 10 pisang goreng.
Salah satu penjual pisang goreng Pontianak yang laris diserbu pengunjung adalah Pisang Goreng Pontianak Ta B’nana milik Ery Ashok yang ada di Jl.Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Seiap hari ia selalu kebanjiran pesanan. Bahkan aku Ery Ashok, pisang goreng yang belum digoreng pun sudah ada yang nungguin. “Setiap hari saya bisa jual 2000 potong pisang goreng. Saya dibantu oleh 7 orang karyawan,” kata Ery yang juga buka cabang di Bintaro dan bandara Soekarno Hatta. “Kalau ada karyawan yang nggak masuk, saya sama istri harus turun tangan,” lanjut Ery yang sudah mengeluti usaha ini dua tahun yang lalu.
Di Depok atau Bogor pun tepatnya sepanjang jalan Margonda Raya dan Jalan Raya Kedunghalang, keadaannya samimawon alias sama saja, banyak pembeli mengkerumuni penjual pisang goreng. Pisang goreng “Khatulistiwa” milik Hery misalkan, meskipun pembelinya tidak sebanyak di Ta B’nana, orang yang membeli pisang goreng harus antri. Hery sendiri mengaku baru berjualan pisang goreng Pontianak dua bulan yang lalu. Sehari-harinya ia berjualan peralatan elektronika di Pasar Lama. “Nggak banyak sih. Dari sore jam 4-8 malam, saya paling banter bisa jual 200-300 potong,” jelas pria kelahiran Pontianak ini.
TAHAN 2-3 JAM
Keistimewaan pisang goreng Pontianak hasil modifikasi ini ternyata bisa tahan hingga 2-3 jam lebih. Tanpa mengurangi citarasa sama sekal, pisang goreng tetap garing dan renyah. “Pisang goreng ini bisa tahan 2-3 jam. Rasanya tetap, tidak berubah,” jamin Ery.
Ery punya cerita yang menarik perihal pisang gorengnya. Ini kata Ery, ia dapatkan dari pengalaman para pelanggannya. Saat itu seorang pelanggan dari luar kota datang ke tempatnya dan memesan pisang buatannya. Ery bilang ke pelanggannya bahwa pisang ini bisa tahan 2-3 jam. Ia bilang, bila ingin garing lagi, bisa digoreng kembali sesampainya di rumah. “Ia bilang sebaliknya. Ia lebih suka pisang goreng yang udah nginap 2-3 jam. Pasalnya kalau panas, manis pisangnya agak susah dinikmati,” kata Ery tertawa. “Tapi memang dasarnya pisang goreng yang digunakan sudah manis sih,” tuturnya lagi.
Tidak semua pisang goreng yang dijajakan penjual bagus. Anda jangan tertarik sama bentuknya. Hampir setiap penjual pisang goreng mengemas dagangannya dengan semenarik mungkin. Pasalnya erkadang ada juga penjual yang sedikit ‘nakal’. Mereka hanya mau cari untungnya saja tanpa mau merpedulikan kualitasnya Ada pun ciri-ciri pisang goreng Pontianak yang bagus, bila pisang goreng ditekan dengan kertas tisu, minyak yang membekas di kertas tidak terlalu banyak. So, teliti sebelum membeli.
DUA PISANG JADI SATU POTONG
Ada pun pisang yang digunakan untuk membuat pisang goreng Pontianak adalah pisang gepok. Aslinya pisang goreng Pontianak, setelah disayat (slice) tipis-tipis 4-7 potong, pisang dibentuk menyerupai kipas. Kemudian diberi tepung lalu digoreng. Hanya saja untuk pisang goreng Pontianak hasil ‘modifikasi’ baru ini, dua potong pisang ditumpuk menjadi satu sebelumnya akhirnya digoreng. Umumnya orang buat pisang goreng dibuat setipis mungkin. Ery kebalikannya, pisang goreng harus besar dan ada wujud pisangnya. “Supaya kalau digigit masih ada rasa pisang dan crispy,” papar Ery. Hal yang sama juga dikemukan oleh Hery dari pisang Khatulistiwa. “Tergantung pisangnya. Bila besar saya gunakan 1,5,” tegas Hery.
Hal lainnya yang membedakan pisang goreng Pontianak adalah proses menggorengnya. Pisang goreng Pontianak digoreng dua kali. Bahkan agar lebih garing, ada yang digoreng 3 kali. Di Ta B’nana, pisang digoreng dua kali. Setelah diberi tepung dan dilumuri dengan tepung kering, pisang digoreng setengah matang. Setelah itu baru digoreng kembali untuk membuat garing pisang bagian dalamnya. Sebelumnya minyak dikasih daun pandan agar pisang goreng jadi wangi. “Kalau tidak dua kali goreng dalamnya tidak matang. Jadi seperti pisang mentah,” tutur Ery. Seringkali, imbuh Ery, bila untuk dibawa pulang atau untuk oleh-oleh, pisang digoreng setengah matang atau sekali saja. “Pas kepengin dinikmati tinggal goreng lagi.”
Sedangkan pisang goreng di Khatulistiwa dan Ponti, pisang digoreng 3 kali. Setelah digoreng tepung, pisang dipindahkan ke penggorengan lain yang berisi kremes. Untuk lebih garing, pisang dipindahkan ke penggorengan lainnya.
Karena proses penggorengan lain, bentuknyanya pisang gorengnya pun jadi lain. Pisang goreng milik Ery, bentuknya mirip menyerupai fried chicken atau nugget. “Pisang goreng Ta B’nana crispy. Modelnya seperti fried chicken,” papar Ery. Sedangkan Pisang goreng Khatulistiwa atau Ponti, menyerupai ayam kremes. Bila ayam kremes rasanya asin dan gurih. Pisang kremes rasanya manis. “Hanya beda isi aja. Kalau kremes rasanya asin, bias buat ayam,” ucap Hery.
Untuk harga jual pisang goreng Pontianak sangat bervariasi. Antara Rp 1.500-Rp 2.500/potong. Di Ta B’nana, sepotong pisang goreng harganya hanya Rp 1.800,- Sedangkan di khatulistiwa, dan Ponti harganya Rp 2.500/potong. Sepertinya bagi Anda yang suka pisang goreng, meskipun cukup mengenyangkan, hanya saja sepotong pisang goreng terasa belum cukup.
mengolah pisang pontianak
22.49 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar